Nama Amien Rais melejit
dalam jagad perpolitikan Indonesia menjelang lahirnya gerakan reformasi
yang dimotori mahasiswa di tahun 1998. Amien Rais dikenal sebagai tokoh
penggagas reformasi Indonesia sekaligus tokoh yang dikenal kritis
terhadap kebijakan pemerintah pada masa Presiden Soeharto. Amein Rais lahir di Solo Jawa Tengah 26 April 1944 dan dibesarkan dalam keluarga dan lingkungan Muhammadiyah
Orangtuanya, aktif di Muhammadiyah cabang Surakarta. Masa belajar Amien
banyak dihabiskan di luar negeri. Sejak lulus sarjana dari Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta pada
1968 dan lulus Sarjana Muda Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga,
Yogyakarta (1969), belajar diberbagai negara dan baru kembali tahun 1984
dengan menggenggam gelar master (1974) dari Universitas Notre Dame,
Indiana, dan gelar doktor ilmu politik dari Universitas Chicago,
Illinois, Amerika Serikat.
Setelah
kembali ke Indonesia, Amien kembali ke almamaternya yaitu Universitas
Gadjah Mada sebagai dosen dan guru besar fakultas Ilmu Sosial Politik.
Amien Rais Juga aktif di Muhammadiyah, bahkan pernah menjabat sebagai
ketua umum. Organisasi lain yang ia geluti adalah ICMI, BPPT, dan
beberapa organisasi lain. Pada era menjelang keruntuhan Orde Baru, Amien
adalah cendekiawan yang berdiri paling depan. Tak heran ia kerap
dijuluki Lokomotif Reformasi. Setelah Soeharto Lengser, peran Amien Rais
sangat besar dalam percaturan politik di Indonesia. Tahun 2005 Ia
mendirikan Partai Amanat Nasional (PAN) sebagai saluran aspirasi
politiknya di parlemen. Sampai saat ini PAN masih tetap eksis sebagai
salah satu partai besar di Indonesia. Ketika pemilu tahun 1999 Amien
Rais merupakan tokoh sentral terhadap pemilihan presiden melalui sidang
umum MPR. Ia membentuk poros tengah sehingga memunculkan nama Kh Abdurrahman Wahid (Gusdur) sebagai presiden menggantikan Presiden Habibie. Saat itu Amien Rais menduduki jabatan sebagai ketua MPR walaupun
perolehan suara partainya kurang dari 10%. Prof Amien Rais sempat maju
dalam pemilihan presiden tahun 2004. Namun perolehan suaranya hanya
mencapai 15% suara nasional.
Amien Rais menikah pada 9 Februari 1969,
dengan seorang gadis yang sudah dikenalnya sejak mereka masih sama-sama
kanak-kanak, Kusnasriyati Sri Rahayu. Selama sepuluh tahun pertama
pernikahannya ia belum dikaruniai anak, meskipun ia sudah berkonsultasi
dengan banyak dokter spesialis kandungan di Solo, Yogya, bahkan ketika
berada di Chicago. Sampai suatu saat mereka berdua mendapat kesempatan
naik haji ke Makkah. Di depan Ka’bah mereka berdua memanjatkan doa,
memohon kepada Allah agar memenuhi keinginan mereka akan keturunan.
Waktu itu mereka sedang melakukan penelitian di Mesir. Setelah kembali
ke Kairo, dua bulan lebih sang istri tidak dikunjungi tamu rutin
bulanan. Bahkan ada yang aneh: perutnya terasa gatal-gatal. Akhirnya
mereka sepakat untuk pergi ke dokter kandungan. Dan hasilnya positif,
sang istri dinyatakan hamil. Bagi mereka berdua, kejadian itu merupakan
mukjizat dan karunia Allah semata. Setelah anak yang pertama lahir,
selanjutnya setiap dua tahun sang istri hamil lagi. Kini mereka sudah
dikaruniai lima orang anak,
tiga putra dan dua putri. Nama-nama mereka diambil dari Al Qur’an dan
dikaitkan dengan kenangan dan peristiwa yang menyertai kelahirannya.
Yang pertama diberi nama Ahmad Hanafi, kemudian Hanum Salsabiela, Ahmad
Mumtaz, Tasnim Fauzia, dan yang terakhir Ahmad Baihaqy.Kusnasriyati
adalah seorang ibu rumah tangga biasa. Untuk mengisi kesibukannya, ia
mendirikan Taman Kanak-Kanak [TK] di sebelah rumahnya. Karena
ketekunannya, TK ini kemudian menjadi besar dan terkenal. Ia juga
membuka kedai sederhana yang diminati banyak mahasiswa. Dilihat dari
penampilannya yang sederhana, termasuk gaya bicara yang sederhana, ia
tidak beda dengan ibu rumah tangga lainnya. Tetapi, di mata Amien Rais,
ia adalah wanita luar biasa.Keberanian dan ketegaran yang dimiliki
Amien Rais ternyata tidak lepas dari peran sang istri. Suatu saat,
ketika diinterviu seorang wartawan Jepang, saya melihat dengan nada
bangga Amien Rais mengatakan, “Istri saya mungkin merupakan wanita
terbaik se-Asia Tenggara.” Komentar tersebut mungkin terasa berlebihan
bagi kebanyakan orang, tapi tidak bagi Amien Rais. Ia pernah
menceritakan kepada saya bahwa ketika studi di Chicago, karena beratnya
beban kuliah yang dihadapi, hampir saja ia putus asa. Untung ada sang
istri yang terus-menerus memompa semangatnya.
Begitu juga ketika ia merasa lelah saat melawan Orde Baru, istrinya tidak pernah lelah untuk membangunkan kembali spiritnya. Sampai-sampai ia pernah mengomentari istrinya sebagai sumber inspirasi dan motivasinya. Bahkan menjelang tumbangnya Soeharto, sempat tersebar isu bahwa Amien Rais akan ditangkap. Ia kemudian memberi tahu sang istri tentang berita buruk yang akan menimpanya. Dengan nada tegar sang istri menjawab, “Insya Allah ini akan mempercepat kejatuhan Rezim Soeharto.”
Bila Allah mengaruniainya umur panjang, di masa tuanya nanti Amien hanya ingin melihat anak-anaknya bisa menyelesaikan pendidikannya masing-masing. Sementara ia sendiri ingin mengisi masa tuanya dengan menulis dan memberikan pengajian. Amien merujuk pada almarhum A.R. Fachruddin dan ibunya sendiri yang sampai akhir hayatnya masih memimpin Sekolah Keperawatan Muhammadiyah di Solo. Aktifitas Saat Belia Sejak belia Amien Rais sudah terlibat dalam berbagai gerakan. Kecintaannya pada organisasi diawali dari keterlibatannya di pandu Hizbul Wathon. Ia dipercaya oleh teman-temannya untuk memimpin sebuah regu yang terdiri dari tujuh orang yang diberi nama regu Rajawali. Regu yang dipimpinnya selalu memenangkan berbagai perlombaan, seperti lomba tali-temali, morse, membuat jembatan, sampai pada lomba masak-memasak.
Begitu juga ketika ia merasa lelah saat melawan Orde Baru, istrinya tidak pernah lelah untuk membangunkan kembali spiritnya. Sampai-sampai ia pernah mengomentari istrinya sebagai sumber inspirasi dan motivasinya. Bahkan menjelang tumbangnya Soeharto, sempat tersebar isu bahwa Amien Rais akan ditangkap. Ia kemudian memberi tahu sang istri tentang berita buruk yang akan menimpanya. Dengan nada tegar sang istri menjawab, “Insya Allah ini akan mempercepat kejatuhan Rezim Soeharto.”
Bila Allah mengaruniainya umur panjang, di masa tuanya nanti Amien hanya ingin melihat anak-anaknya bisa menyelesaikan pendidikannya masing-masing. Sementara ia sendiri ingin mengisi masa tuanya dengan menulis dan memberikan pengajian. Amien merujuk pada almarhum A.R. Fachruddin dan ibunya sendiri yang sampai akhir hayatnya masih memimpin Sekolah Keperawatan Muhammadiyah di Solo. Aktifitas Saat Belia Sejak belia Amien Rais sudah terlibat dalam berbagai gerakan. Kecintaannya pada organisasi diawali dari keterlibatannya di pandu Hizbul Wathon. Ia dipercaya oleh teman-temannya untuk memimpin sebuah regu yang terdiri dari tujuh orang yang diberi nama regu Rajawali. Regu yang dipimpinnya selalu memenangkan berbagai perlombaan, seperti lomba tali-temali, morse, membuat jembatan, sampai pada lomba masak-memasak.
0 komentar:
Posting Komentar